aku sembunyi. diantara rindang urip sumoharjo. melangkah perlahan dalam keabadian. di beberapa pasang langkah kedepan. aku sudah di tunggu kartini. si rimbun yang temaram. dipeluk sorot lampu setengah tidur. duduk-duduk menunggu atau ditunggu. baik di nikmati di segala suasana.
dengan beberapa lembar rupiah. aku bisa nikmati sate dan dihibur laju kereta di sepasang rel yang cuma-cuma.
lain lagi dengan ini. bangunan tua yang alih guna. dengan pintu dan jendelanya yang besar-besar. entah siapa pemiliknya. yang jelas aku kagum. akan lebih kagum lagi ketika aku berteduh kala hujan turun bererot berteman secangkir teh hangat.
ada lagi mulut sudirman. di segitiga berkalung aspal. aku pesan kopi panas gelas besar. melihat gereja dan pohon-pohon yang besar-besar. lagi-lagi aku kagum. karena mereka pandai bersembunyi dari mata-mata lapar komplotan properti yang miskin hati.
beberapa hunian tua yang lagi-lagi alih guna. beberapa yang lain sudah di tiduri abri.
lantas dimana lagi aku harus cari miskinnya selera kotaku. aku rasa mereka tidak perlu di ganggu. karena baik-baik saja.
aku tulis ini di november 15, 2016 masehi.